Oleh : Miftahul Jannah
Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Garangindonesia.com – Di tengah revolusi teknologi dan kemajuan medis, tantangan kesehatan global tak hanya terletak pada penanggulangan penyakit menular, tetapi juga pada penyakit tidak menular (PTM). Penyakit seperti diabetes, kanker, penyakit jantung, stroke dan gangguan pernapasan semakin menghantui populasi dunia, memicu kekhawatiran akan dampak jangka panjangnya terhadap kesejahteraan manusia. Rabu, (05/06/2024).
Pentingnya untuk mengarahkan perhatian pada pencegahan dan pengelolaan PTM semakin meningkat. Penyakit Tidak menular (PTM) tidak hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi sistem kesehatan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PTM adalah penyebab utama kematian global, menyebabkan hampir 41 juta kematian setiap tahunnya. Angka ini mencerminkan urgensi untuk mengambil tindakan yang lebih efektif dalam mengatasi epidemi PTM.
Selain itu, dukungan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat sangat penting. Ini termasuk kebijakan yang mendorong pilihan makanan yang lebih sehat, pembatasan iklan produk makanan yang tidak sehat, serta investasi dalam infrastruktur yang mendukung aktivitas fisik, seperti jalur sepeda dan taman umum.
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat, kita dapat mengubah norma-norma sosial yang saat ini mendorong perilaku yang berkontribusi pada PTM.
Namun, untuk mencapai perubahan masyarakat yang signifikan, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga nirlaba, dan masyarakat sipil. Kemitraan yang kuat antara semua pemangku kepentingan adalah kunci dalam memerangi epidemi PTM.
Misalnya, pemerintah dapat bekerja sama dengan perusahaan makanan untuk mengurangi kandungan gula dan garam dalam produk mereka, sementara lembaga nirlaba dapat menyediakan sumber daya dan dukungan untuk edukasi masyarakat.
Selain itu, peran teknologi dalam pencegahan dan manajemen PTM tidak boleh diabaikan. Aplikasi mobile, perangkat pelacakan kesehatan, dan platform daring lainnya dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam memberikan informasi dan dukungan kepada individu dalam memantau dan meningkatkan kesehatan mereka.
Dengan memanfaatkan teknologi ini dengan bijak, kita dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan PTM dan memberikan alat yang diperlukan bagi individu untuk mengambil kontrol atas kesehatan mereka sendiri.
Namun, tantangan dalam memerangi PTM tidak hanya terbatas pada aspek pencegahan. Pengelolaan penyakit kronis juga memerlukan perhatian yang serius. Hal ini termasuk akses yang lebih baik ke perawatan kesehatan yang terjangkau, dukungan bagi individu dalam mengelola kondisi mereka, dan penelitian yang berkelanjutan untuk pengembangan terapi dan obat baru.
Investasi dalam sistem perawatan kesehatan yang berfokus pada pasien, dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus individu dan memberikan dukungan yang holistik, akan menjadi kunci dalam meningkatkan hasil bagi mereka yang hidup dengan PTM.
Tidak kalah pentingnya adalah perlunya mengatasi ketidaksetaraan dalam akses terhadap pencegahan dan perawatan PTM. Di banyak negara, orang-orang dari lapisan masyarakat yang lebih rendah memiliki akses yang lebih terbatas terhadap sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk mencegah dan mengelola PTM.
Inisiatif untuk mengatasi ketidaksetaraan ini, seperti program-program pencegahan yang ditargetkan pada komunitas rentan dan layanan perawatan kesehatan yang terjangkau, harus didorong oleh kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan global yang kompleks ini, tidak ada solusi instan. Namun, dengan kesadaran yang meningkat, kemitraan yang kuat, investasi dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit kronis, serta upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam akses kesehatan, kita dapat membuat kemajuan yang signifikan dalam memerangi epidemi PTM. Ini adalah tanggung jawab bersama kita untuk menanggapi tantangan ini dengan serius dan secara proaktif, karena kesehatan kita semua tergantung pada itu.
Meningkatnya Perilaku Merokok di Aceh
Penyebab terjadinya penyakit tidak menular di sebabkan perilaku yang tidak sehat, seperti kurangnya olahraga, konsumsi makanan yang tinggi gula dan garam serta konsumsi makanan yang tidak sehat, selain itu merokok merupakan faktor yang paling mempengaruhi penyakit tidak menular.
Perokok di Aceh semakin meningkat. Kemiskinan merupakan salah satu faktor tingginya angka perokok di Aceh. Biaya belanja yang di keluarkan untuk membeli rokok terbesar kedua setelah belanja kebutuhan pokok, seperti beras.
Bagi rumah tangga yang memiliki keluarga perokok menjadi beban ekonomi terhadap keluarganya. Trend budaya kopi dan rokok pada remaja sudah menjadi kebiasaan di masyarakat Aceh secara luas, secara tidak langsung sudah menjadi tempat ladang lautan asap rokok. Bahkan tempat ngopi sekarang menjadi sasaran banyak orang yang menghabiskan waktu bersama keluarga.
Namun tanpa di sadari dengan paparan asap rokok menjadi bumerang terhadap diri sendiri maupun anak-anak. Padahal tempat ngopi merupakan tempat yang strategis dalam membangun komunikasi selain di tempat kerja.
Perilaku Mencegah PTM Untuk mencegah terjadinya penyakit tidak menular tidak perlu biaya besar dan mudah di lakukan dan yang paling penting konsisten dengan perilaku sehat. Pertama-tama, kita perlu mengubah paradigma kita dari pemulihan menjadi pencegahan.
Terlalu sering, fokus kita pada kesehatan terpusat pada pengobatan setelah penyakit terjadi, bukan pada langkah-langkah untuk mencegahnya. Dalam ruang lingkup PTM, perubahan kebiasaan yang tidak sehat menjadi sehat ini sangatlah penting.
Kita semua perlu melakukan cek kesehatan secara teratur ini dapat mengurangi terjadinya risiko penyakit PTM, mengatur pola makan seperti menghindari garam dan gula yang berlebihan serta diet yang seimbang, gaya hidup sehat seperti rajin olah raga , pengelolaan stres, dan penghindaran perilaku berisiko seperti merokok dan paparan asap rokok itu semua dapat mengurangi prevalensi PTM secara signifikan.
Tim Redaksi